Muara Uya, 27 September 2024. Pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, mari kita renungkan teladan luhur beliau dalam pergaulan. Nabi Muhammad SAW adalah pribadi yang selalu menanamkan kasih sayang, kebersamaan, dan kepedulian yang mendalam terhadap sesama. Dalam kehidupan sehari-hari, beliau senantiasa hadir secara penuh, baik dalam hubungan keluarga, sahabat, maupun masyarakat. Ketika beliau berbicara dengan seseorang, pandangannya tertuju penuh pada lawan bicaranya, seolah-olah yang sedang dihadapinya adalah orang terpenting di dunia saat itu. Ada kesungguhan dalam setiap interaksi yang beliau lakukan.
Namun, di zaman sekarang, kita mulai kehilangan esensi dari kedekatan itu. Kita hidup di era di mana teknologi, khususnya ponsel pintar, telah mengkooptasi banyak aspek dari hubungan kita. Seakan-akan, dengan teknologi ini, jarak tidak lagi menjadi batas. Orang-orang yang berada di seberang benua dapat kita hubungi dalam sekejap, tetapi ironisnya, mereka yang duduk di sebelah kita sering kali merasa jauh. Ketika dulu kebersamaan diisi dengan obrolan hangat, kini seringkali tergantikan oleh layar-layar kecil yang mengalihkan perhatian kita.
*Jauh Terasa Dekat, Dekat Terasa Jauh*
Fenomena ini begitu nyata dalam kehidupan kita. Kita sering melihat orang-orang yang duduk bersama di meja makan, namun masing-masing tenggelam dalam dunianya sendiri, berselancar di media sosial, menelusuri notifikasi, atau berbicara dengan seseorang yang tidak ada di hadapan mereka. Kedekatan fisik tak lagi berarti adanya kedekatan emosional. Sebaliknya, kedekatan yang kita rasakan dengan orang yang jauh, sering kali semu, hanya sebatas interaksi digital yang dangkal dan sesaat.
Padahal, Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya kehadiran yang tulus. Beliau bersabda, "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya." (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hal ini, tamu tidak hanya berarti mereka yang datang ke rumah kita, tetapi juga orang-orang di sekitar kita, termasuk teman, keluarga, dan sahabat. Memuliakan mereka berarti memberikan perhatian penuh, mengutamakan kehadiran nyata daripada sekadar kehadiran digital.
*Membangun Kembali Interaksi Nyata*
Di Maulid Nabi ini, mari kita renungkan kembali makna kehadiran dan interaksi dalam kehidupan kita. Teknologi memang membawa banyak kemudahan, tetapi jangan sampai ia mengambil alih hal-hal yang esensial dalam hubungan kita. Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang penuh empati dan perhatian, Manusia Mulia yang selalu memuliakan manusia atau dalam bahasa kita manusia yang memanusiakan manusia. Beliau mengajarkan kita untuk peduli, hadir secara utuh, dan berinteraksi dengan kasih sayang.
Sebagai umatnya, kita diajak untuk kembali pada nilai-nilai ini. Ketika kita duduk bersama keluarga, mari letakkan ponsel kita. Ketika kita bersama teman, mari kita benar-benar hadir. Jadikan setiap momen kebersamaan sebagai sarana untuk saling memahami, mendukung, dan memperkuat silaturahmi. Inilah yang menjadi inti dari teladan Rasulullah SAW dalam pergaulan.
Semoga dengan memperingati Maulid Nabi, kita dapat menghidupkan kembali semangat kedekatan yang hakiki, bukan hanya secara fisik, tetapi juga emosional dan spiritual. Mari kita perbaiki pergaulan kita, agar tidak terjebak dalam ilusi kedekatan yang semu, tetapi benar-benar merasakan kedekatan yang nyata dan bermakna dalam setiap interaksi kita.
Disadur dari Ceramah agama dalam Peringatan Maulid Nabi di SMKN 1 Muara Uya oleh Ust. Mansur Lumbang Muara Uya.
0 Comments:
Post a Comment